MENYELAMATKAN
PEMUDA
I.
PENDAHULUAN
Pemuda adalah generasi penerus dari
generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi
pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Masalah
Pemuda adalah masalah abadi yang akan terus ada karena masalah pemuda merupakan
akibat proses pendewasaan dan perubahan seseorang untuk lebih memahami dan
mengenal akan karakter individu masing-masing. Dengan hal tersebut tentu akan
mempengaruhi cara atau proses seseorang dalam bersosialisasi dengan berbagi
pihak dalam jangka waktu pendek maupun dalam waktu panjang. Dan dalam hal
sosialisasi pemuda ikut mempengaruhi proses interaksi karena peran pemuda
sebagai tumpuan penerus bangsa yang tidak selaras dapat mengakibatkan
ketidaksinambungan yang cukup signifikan bagi lingkungan dan kehidupan
bermasyarakat. Para pemuda juga dihadapkan persoalan-persoalan diantaranya
kenakalan remaja, ketidak patuhan pada orang tua/guru, kecanduan narkotika,
frustasi, masa depan suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya.
Seringkali pemuda dibenturkan dengan “nilai” yang telah ada jika mereka
berkelakuan di luar nilai tersebut.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Bahaya dan permasalahan apa yang mengancam pemuda?
2. Bagaimana cara menyelamatkan pemuda ?
III.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui bahaya dan permasalahan pemuda
2.
Untuk mengetahui cara menyelamatkan pemuda
IV.
PEMBAHASAN
1.
Bahaya dan permasalahan pemuda
a.
Bahaya yang mengancam pemuda
Kita mengetahui bahwa sejak
lahir, kita telah membawa segala yang bersifat baik dan segala yang bersifat
buruk. Adalah tugas pendidik untuk mengembangkan sikap yang baik dan tidak
memberi kesempatan untuk berkembangnya hal-hal yang bersifat kurang baik. Secara
kodrat kedua sifat itu menuntut untuk dapat berkembang. Namun oleh karena
berkembangnya sifat yang kurang baik akan mengancam keselamatan manusia, maka
manusia bersepakat untuk tidak memberikan kesempatan berkembangnya sifat yang
buruk tersebut. Kesepakatan itu dituangkan baik dalam prasasti Hak-hak azasi
Manusia, UUD tiap negara, dalam peraturan pemerintahan, hukum adat, tata tertib
ataupun dalam kebiasaan-kebiasaan yang selalu ada dalam kehidupan kelompok
manusia.[1]
Bahaya yang mengancam pemuda ada 2 faktor yaitu :
1) Faktor dari dalam (internal) yaitu adanya kemungkinan
tumbuhnya sifat-sifat buruk yang timbul dari hati manusia.
2) Faktor dari luar (eksternal) yaitu pengaruh-pengaruh
yangkurang baik dari luar yang berwujud lingkungan sekitar, misalnya
hasutan-hasutan penjahat, racun-racunan, baik racun fisis, maupun racun psikis
(misalnya ideologi) yang semuanya itu diarahkan kepada pemuda, dengan harapan
akan dapat dengan mudah dilemahkan potensi-potensinya, sehingga masa depan
bangsanya dapat dihancurkan.
Dengan mengetahui apa yang dapat dikategorikan
bahaya-bahaya yang mengancam pemuda, maka kita dapat menggariskan
tindakan-tindakan yang tepat manakah yang sepatutnya dilakukan orang dewasa
demi keselamatan para pemuda.
b. Permasalahan Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada
saat ini antara lain:
1) Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja serta
tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran dikalangan generasi muda
dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
2) Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi
perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal
tersebut disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi
dan menu makanan seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah
3) Masih banyaknya perkawinan dibawah umur, terutama di
kalangan masyarakat daerah pedesaan.
4) Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi
perkawinan dan kehidupan keluarga.
5) Meningkatnya kenalan remaja termasuk penyalah gunaan
narkotika.
2.
Cara atau upaya untuk menyelamatkan pemuda
a.
Memberikan Pengertian
Dengan memahami bahwa masa
pemuda merupakan suatu masa yang sulit tetapi sangat penting dalam hubungannya
dengan masa yang akan datang itu, maka para pendidik haruslah berusaha agar
para pemuda mengerti, bahwa mereka berada pada saat yang penting tetapi sulit.
Untuk itu diperlukan pengertian dari pendidiknya. Jadi para pemuda baru akan
mengerti apabila si pendidik menanamkan pengertian itu dan pendidik baru akan
dapat menanamkan pengertian bila dia sendiri telah mengertinya.
Bukan suatu tugas yang mudah
untuk menanamkan pengertian itu bila si pendidik hanya memiliki pengertian yang
samar-sama. Sebab didalam menanamkan pengertian tersebut pendidik harus mampu
untuk memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya, tentang sebab musabab, tentang
akibat-akibat buruk yang sering mengancam. Pendidik harus mampu dan dapat
menyediakan diri sebagai contoh, harus dapat menunjukkan tokoh-tokoh dalam
sejarah, dalam cerita-cerita kuno dan dari orang-orang yang dapat dijumpai pada
saat itu juga. Dengan jelasnya contoh-contoh tersebut pemuda tidak akan menjadi
bimbang, bingung, kurang percaya dan sebagainya, sehingga benar-benar si pemuda
mampu menganalisisnya, kemudian menarik kesimpulan sendiri.[2]
b.
Memahami Kehidupan Pemuda
Memahami adalah suatu kesanggupan yang lebih dalam daripada sekedar
mengerti atau mengetahui. Memahami berarti mengerti yang disertai kemampuan
untuk ikut merasakan berdasarkan pengalaman-pengalamannya di masa lampau pada
saat ia berada didalam masa seperti yang dipahami tersebut. Didalam pemahaman
tersebut ada faktor kesanggupan untuk beridentifikasi dengan objek yang
dipahami itu. Dengan memahami akan terhindarlah pertentangan-pertentangan, baik
pertentangan pendapat, pertentangan sikap bahkan pertentangan arah yang
seharusnya dituju bersama.
Jadi memahami kehidupan pemuda berarti ia harus dapat hidup seakan-akan
menjadi pemuda itu sendiri, sekaligus sebagai orang dewasa yang dipergunakan
sebagai pedoman oleh para pemudanya. Inilah yag dimaksud oleh Ki Hajar dengan ing
madya mangun karsa.[3]
c. Pembinaan Akhlak Generasi Muda
Membangun kesadaran bagi generasi bukanlah
hal yang gampang untuk tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan
kesadaran yang menjadi hal pokok untuk dibangun. Kesadaran hendaknya disertai
niat untuk mengintensifkan pemilikan nilai-nilai dari pada yang sudah dimiliki,
sebab dengan cara tersebut akan mampu mewujudkan pemeliharaan yang dinamis dan
berkesinambungan.[4]
Dalam hal ini pembinaan dimaksudkan adalah
pembinaan keagamaan (akhlak) yang mempunyai sasaran pada generasi muda, maka
tentu aspek yang ingin dicapai dalam hal ini adalah sasaran kejiwaan setiap
individu, sehingga boleh dikatakan bahwa pencapaiannya adalah memiliki ciri
khas dan keunikan tersendiri. Keunikan dimaksudkan tidak karena ditentukan
prototipitas tema pembahasannya, melainkan disebabkan karena sasaran yang
diambil merupakan suatu pengelompokkan demografis yang gencar-gencarnya
mengalami perubahan dan perkembangan psikologi kejiwaan anak.
Dalam masa ini jatidiri dan sikap arogan
masih sangat kuat untuk diperpegangi bagi generasi muda, sehingga memerlukan
kehati-hatian yang ekstra ketat. Sehingga mampu menanamkan nilai-nilai dan
konsep pembinaan, khususnya dalam hal pembinaan akhlak melalui ajaran tasawuf
dalam merubah perilaku generasi muda dalam kehidupan sehari-hari.[5]
Dalam
perkembangan psikologi remaja dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja
sedikit mempunyai pengaruh terhadap cara-cara penanaman dan pemahaman nilai
akhlak. Hal ini diungkapkan oleh ahli psikologi remaja bahwa pada satu pihak
remaja tidak begitu saja mampu menerima konsep-konsep, nilai-nilai suatu
ajaran, apalagi ajaran yang membatasi diri seseorang, tetapi terkadang
dipertentangkan dengan citra diri dan struktur kognitif yang dimilikinya.[6]
Pembinaan
yang bercorak keagamaan atau keislaman akan selalu bertumpu pada dua aspek,
yaitu aspek spiritualnya dan aspek materialnya. Aspek spiritual ditekankan pada
pembentukan kondisi batiniah yang mampu mewujudkan suatu ketentraman dan kedamaian di dalamnya. Dan dari sinilah
memunculkan kesadaran untuk mencari nilai-nilai yang mulia dan bermartabat yang
harus dimilikinya sebagai bekal hidup dan harus mampu dilakukan dan
dikembangkan dalam kehidupan sehari-harinya saat ini untuk menyongsong
kehidupan kelak, kesadaran diri dari seorang remaja sangat dibutuhkan
untuk mampu menangkap dan menerima nilai-nilai spiritual tersebut, tanpa adanya
paksaan dan intervensi dari luar dirinya.
Sedangkan
pada pencapaian aspek materialnya ditekankan pada kegiatan kongkrit yaitu
berupa pengarah diri melalui kegiatan yang bermanfaat, seperti
organisasi, olahraga, sanggar seni dan lain-lainnya. Kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat dimaksudkan agar mampu berjiwa besar dalam membangun diri dari dalam
batinnya, sehingga dengan kegiatan tersebut, maka tentu dia akan mampu memiliki
semangat dan kepekatan yang tinggi dalam kehidupannya.[7]
Penanaman
semangat kepahlawanan memberikan nilai positif bagi generasi muda, sebab
tentu akan membangun semangat dan menumbuhkan jiwa kepahlawanan, baik
terhadap negara, agama maupun bangsa. Membangun jiwa kepahlawanan ke dalam diri
generasi muda adalah salah satu unsur dalam melakukan pembinaan, dan
pembinaan dapat terarah dan konstruktif. Sehingga perlu suatu kesadaran
moral bahwa generasi muda adalah yang selalu mengambil peran dalam setiap
langkah yang bermanfaat bagi bangsa dan agama, pada dasarnya mereka akan
mengambil peranan dan terpanggil untuk berbakti sebagai suatu tuntutan, baik
tuntutan itu datang sebagai generasi bangsa maupun sebagai generasi agama.[8]
V.
KESIMPULAN
1.
Bahaya dan permasalahan pemuda
a. Bahaya yang mengancam pemuda
Bahaya yang
mengancam pemuda ada 2 faktor yaitu :
1) Faktor Internal, yaitu faktor yang muncul dari diri
seseorang disebabkan oleh hal-hal tertentu.
2) Faktor Eksternal, yaitu faktor dari luar yang berwujud
lingkungan sekitar, seperti hasutan-hasutan orang yang tidak baik.
b. Permasalahan generasi muda
Permasalahan
generasi muda pada zaman sekarang ini diantaranya :
1) Kurangnya lapangan kerja/kesempatan kerja
2) Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi
perkembangan kecerdasan
3) Masih banyaknya perkawinan dibawah umur
4) Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi
perkawinan dan kehidupan keluarga.
5) Meningkatnya kenalan remaja termasuk penyalahgunaan
narkotika.
2.
Cara atau upaya untuk menyelamatkan pemuda
a. Memberikan pengertian kepada pemuda
b. Memahami kehidupan pemuda
c. Pembinaan akhlak generasi muda
VI.
Penutup
Demikianlah
pembahasan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah
sendiri. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam pembuatan
makalah selajutnya agar menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Idiologi
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Hartaty, Netty, Islam dan Psikologi, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada 2004.
Mujib, Abdul, Nuansa-Nuansa Psikologi
Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. 1.
Nata, Abuddin, Manajemen
Pendidikan, Jakarta : Prameda Media, 2003, Cet. 1.
Soejanto, Agoes, Psikologi Perkembangan,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Cet. 8.
[1] Agoes
Suejanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005),
Cet.8, hlm. 219.
[2] Ibid,. hlm.
215-216.
[3] Ibid., hlm. 218
[4] Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, hlm. 199.
[5] Abuddin Nata, Manajemen
Pendidikan, (Jakarta : Prameda Media, 2003), Cet. 1, hlm. 218.
[6] Netty Hartaty, Islam dan
Psikologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 63.
[7] Ibid., hlm. 441.
[8] Ahmadi, Idiologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
hlm. 160.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar