PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Psikologi
dalam Istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris Psychologi.
Kata Psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greece
(Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2) logos yang
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.[1]
Pada
dasarnya, para ahli sepakat mengambil kesimpulan bahwa psikologi perkembangan
adalah sebuah studi yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku
manusia secara ontogeni, yaitu mempelajari struktur jasmani, perilaku, maupun
fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life span) dari masa konsepsi
hingga menjelang akhir hayat.[2]
Banyak hal
yang dibahas dalam psikologi seperti: perkembangan kepribadian, persepsi,
motivasi, emosi, belajar, ingatan, berfikir, dan lain-lain.
Namun dalam makalah
ini kami hanya akan membahas tentang perkembangan anak pra-sekolah dan sekolah
dasar serta implikasinya dalam pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan anak ?
2. Bagaimana tahap pertumbuhan anak ?
3. Bagaimana perkembangan anak masa pra-sekolah ?
4. Bagaimana pekembangan anak masa sekolah dasar ?
5. Bagaimana implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah
dasar dalam pendidikan ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
menjelaskan pengertian perkembangan anak.
2.
Untuk
menjelaskan tahap pertumbuhan anak ?
3.
Untuk
menjelaskan perkembangan anak masa pra-sekolah ?
4.
Untuk
menjelaskan pekembangan anak masa sekolah dasar ?
5.
Untuk
menjelaskan implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar
dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Anak
Menurut
Yusuf Syamsu, perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Adapun
menurut Oemar Hamalik, perkembangan merujuk kepada perubahan yang progresif
dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan
juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.
Dengan
demikian, kita dapat mengartikan bahwa perkembangan merupakan perubahan yang
bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi. Dari sini kita dapat merumuskan
pengertian perkembangan pribadi, yaitu suatu perubahan kualitatif dari setiap
fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
Psikologi
perkembangan adalah teori yang mempelajari perkembangan manusia dari lahir
sampai dewasa atau tua. Adapun psikologi perkembangan anak (early childhood
development), hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia enam
atau delapan tahun. Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi terbukti
bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun
pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun, maka
perkembangan otak anak telah mencapai 80% perkembangan otak berada pada rentang
usia tersebut.
Otak
manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan,
memproduksi, dan merekonstruksi informasi. Stimulasi pada tahun-tahun pertama
kehidupan anak sangat memengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal ini sulit
diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak
yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau
jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku.
Penyimpangan ini dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah
diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu agresif.
Stimulasi
psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak tidak akan memberi arti bagi masa
depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan.
Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian
makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period
ini. Gizi yang tidak seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang
rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan
kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, memproduksi, dan merekonstruksi
informasi.
Di samping
itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan
fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun
pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan fisik dan motorik
anak sulit diperbaiki pada periode berikutnya, dan jika kondisi ini terus
berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen.[3]
B.
Tahap Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan yang
dimaksud tidak hanya pada bagian luar tubuh saja tetapi juga pada organ dalam
tubuh, termasuk otak, jantung, dan hati. Tahap pertumbuhan sejak konsepsi
sampai usia 18 tahun adalah sebagai berikut:
1. Masa pralahir atau masa konsepsi, yaitu masa mudghah, yaitu sejak pembuahan hingga kehamilan delapan
minggu. Secara genetis pertumbuhan manusia diawali dari bertemunya sperma dan
sel telur. Pada masa ini juga mengalami pertumbuhan yang cepat dalam
pembentukan janin hingga menjadi bayi yang ada dalam kandungan ibu.
2. Masa bayi, yaitu
masa sejak lahir sampai usia satu tahun. Pada masa ini pertumbuhan bayi sangat
cepat dan signifikan. Setiap hari bentuk dan ukuran bayi dapat dilihat
pertumbuhannya secara fisik, panjangnya, berat, dan tinggi badannya.
3. Masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun.
4. Masa prasekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun.
5. Masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun.
6. Masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.
Pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak ditentukan oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan
serta interaksi kedua faktor ini. Dalam prosesnya kedua faktor ini saling
berinteraksi dengan faktor psikologis manusia sehingga terbentuklah manusia
seperti apa yang kita lihat. Pertama, faktor genetik atau bawaan merupakan
potensi dasar yang dibawa oleh manusia, dan kedua, faktor lingkungan memberikan
kesempatan faktor genetik tersebut berkembang secara optimal.[4]
C.
Perkembangan Anak Pra-sekolah (Usia 4-6 Tahun)
Perkembangan
pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial
emosional. Perkembangan anak diperoleh melalui kematangan dan belajar.
Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalam berbagai situasi
lingkungan di mana terjadi interaksi anak dengan manusia lain dan lingkungan
alam sekitar. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku
yang bersifat permanen sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan.
Berikut
adalah ciri-ciri anak usia dini antara usia 3-6 tahun menurut Snowman:
1. Ciri Fisik Anak Pra-Sekolah
Penampilan maupun gerak gerik anak taman
kanak-kanak mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya
Anak pra-sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan
(control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
Otot-otot besar pada anak taman kanak-kanak lebih berkembang dari kontrol jari
dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak belum terampil dalam kegiatan yang
rumit seperti mengikat tak sepatu. Anak masih sering mengalami kesulitan
apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya,
itu sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna. Walaupun
tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan
teman-temannya. Orang tua atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat
dan telaten.
2. Ciri sosial anak usia dini
Paten mengamati
tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang bermain bebas adalah
sebagai berikut:
a. Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguh-sunggguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar
anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apa pun.
b. Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan berbeda dengan apa
yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk
saling bicara.
c. Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati, kadang memberi komentar tentang
apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d. Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain
bersama dengan anak yang lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama,
berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling bergantung.
e. Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak ada peran
tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f. Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi, ada pimpinannya.
Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, misalnya
perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-lain.
3. Ciri emosional anak usia dini
Ciri emosional anak usia dini menurut Hurlock
adalah sebagai berikut:
a. Amarah. Penyebab yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan,
tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain.
b. Takut. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti
cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan televisi dengan film-film yang
menakutkan.
c. Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian
orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru
lahir.
d. Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru
dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain.
e. Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang
dimiliki orang lain.
f. Gembira. Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak,
bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, membohongi orang lain, dan
berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit.
g. Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau
yang dianggap penting, baik itu orang, binatang, atau benda mati seperti
mainan.
h. Kasih sayang. Anak-anak belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda
yang menyenangkannya.
4. Ciri kognitif anak usia dini
ciri-ciri perkembangan
sosial dan emosional anak usia 4-6 tahun menurut Steinberg dkk. adalah sebagai
berikut:
a. Lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri,
bermain dalam kelompok dan senang bekerja berpasang-pasangan.
b. Mulai mengikuti dan mematuhi aturan serta berada pada tahap heteronomous
morality. Artinya pada masa ini anak sudah mampu menilai kebenaran atau
kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat-akibat dari perilaku.
c. Dapat membereskan alat mainan.
d. Rasa ingin tahu yang besar, mampu bicara dan bertanya apabila diberi
kesempatan, dapat diajak diskusi.
e. Mulai dapat mengendalikan emosi diri.
f. Mempunyai kemauan untuk berdiri sendiri-sendiri. [5]
D.
Perkembangan Anak pada Masa Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun)
Priode usia antara 6-12 tahun merupakan
masa peralihan dari masa pra sekolah ke masa sekolah dasar (SD). Pada umumnya
setelah mencapai usia 6 tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah
semakin sempurna. Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi
kesehatannyapun semakin baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap
berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganngunya kesehatan mereka.
Ciri-ciri
pada masa kelas-kelas rendah (6/7-9/10 tahun):
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi
2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional
3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak
penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor
yang baik, tanpa meningat apa prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau
tidak.
Ciri-ciri
pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :
1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit
2. Sangat realistic, rasa ingin tahu dan belajar
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata pelajaran
khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keingginanya. Selepas usia ini umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
mengenai prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terkait lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada),
mereka membuat peraturan sendiri.
a. Perkembangan Sosioemosional Peserta Didik
Anak-anak pada usia sekitar ini, pada
dasarnya egosentris dan dunia mereka adalah rumah, keluarga, dan sekolah.
Selama duduk di kelas rendah SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering
rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka
dewasa. Mereka merasa“saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu”.
Sebagai akibat dari perubahan struktur
fisik dan kognitif, anak pada kelas tinggi SD berupaya untuk tampak lebih
dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Pada masa ini tampak
perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka..
Hubungan antara anak dan guru sering
berubah. Di awal-awal tahun kelas tinggi SD, hubungan ini menjadi lebih
komplek. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi
tidak menceritakan kepada orang tuanya. Beberapa anak pra remaja memilih guru
mereka sebagai model. Sementara itu ada anak membantah guru dengan cara-cara
yang tidak dibayangkan seperti sebelumnya. Bahkan beberapa anak secara terbuka
menentang gurunya.
b. Karakteristik Peserta Didik pada Masa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran
Karakteristik utama siswa sekolah dasar
adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan
bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Memahami
Karakteristik Anak di Sekolah Dasar, Masa usia SD (sekitar 6,0-12,0 tahun) ini
merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan
selanjutnya. Karena itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan
kepentingan mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik
anak di SD.
Bassett, Jacka, dan Logan mengatakan bahwa karakteristik anak usia sekolah
dasar secara umum adalah :
1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan
dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri. Jadi mereka akan mencoba
mencari tahu apa yang ingin mereka tahu tentang sesuatu yang mereka dapat dan
apa yang terjadi disekitar mereka baik positif maupun negatif. Maka dari itu
kita sebagai guru dan orang tua harus dengan baik memahami karakristik anak
yang seperti itu supaya mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk disekitar
mereka.
2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang,karena anak usia SD
tidak harus mendapatkan pelajaran yang terlalu rumit.
3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal yang dihadapinya,
mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru dan tidak akan
pernah mau diatur oleh orang lain.
4. Mereka belajar dengan cara mengikuti atau berinisiatif dari apa yang
temannya/orang lain dapat. Misal orang tua yang berbicara begini anak pun akan
mengikuti apa yang didapatkannya.
E.
Implikasi dari Perkembangan Anak pada Masa Pra-Sekolah dan pada Masa
Sekolah Dasar dalam Pendidikan.
1. Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan
Implikasi perkembangan
anak masa pra-sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas
perkembangan pada masa pra-sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan)
anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara
jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.
b. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil
apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan
suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
c. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam.
Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan
membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang
di sekitarnya.
d. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua. saudara, dan orang
lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya
menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.
e. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berartil mengembangkan
kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan
dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah
aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan
dan kebahagiaan). [6]
1. Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan
Implikasi perkembangan anak masa sekolah
dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa
sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga. [7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada
fungsi-fungsi tubuh.
2. Tahap Pertumbuhan Anak :
Tahap pertumbuhan anak yaitu masa pralahir atau masa konsepsi, masa bayi, masa
balita, masa prasekolah, masa sekolah dasar, dan masa remaja.
3. Perkembangan Anak Pra-sekolah (Usia 4-5 Tahun)
Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik, kognitif,
bahasa, dan sosial emosional
4. Perkembangan Anak pada Masa Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun)
Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin
baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan mereka.
5. Implikasi dari Perkembangan Anak pada Masa Pra-Sekolah dan pada Masa
Sekolah Dasar dalam Pendidikan
a. Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan diantaranya:
1) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
2) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
3) Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam
b. Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan, diantaranya:
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri
3) Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
B. Saran
Demikianlah pembahasan makalah ini, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan dalam pembuatan nakalah selanjutnya agar
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia
Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2, Jakarta: Kencana, 2012.
Hamdanah, Psikologi
Perkembangan, Malang: Setara Press, 2009.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaha Rosdakarya, 2011.
Jahja, Yudrik, Psikologi
Perkembangan, Jakarta: Kencana,
2011.
[1] Hamdanah, Psikologi Perkembangan, (Malang: Setara Press, 2009), hlm.
5.
[2]
Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 19.
[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya) Cetakan ke-2, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 19-23.
[4] Ibid., hlm. 7.
[5] Ibid., hlm. 147-153.
[6] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT.
Remaha Rosdakarya, 2011), hlm. 66-69.
[7] Ibid., hlm. 69-72.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar