Rabu, 03 Maret 2021

MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

andiayis.blogspot.com

PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latarbelakang

Psikologi dalam Istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris Psychologi. Kata Psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greece (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.[1]

Pada dasarnya, para ahli sepakat mengambil kesimpulan bahwa psikologi perkembangan adalah sebuah studi yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogeni, yaitu mempelajari struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life span) dari masa konsepsi hingga menjelang akhir hayat.[2]

Banyak hal yang dibahas dalam psikologi seperti: perkembangan kepribadian, persepsi, motivasi, emosi, belajar, ingatan, berfikir, dan lain-lain.

Namun dalam makalah ini kami hanya akan membahas tentang perkembangan anak pra-sekolah dan sekolah dasar serta implikasinya dalam pendidikan.

 

B.       Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian perkembangan anak ?

2.    Bagaimana tahap pertumbuhan anak ?

3.    Bagaimana perkembangan anak masa pra-sekolah ?

4.    Bagaimana pekembangan anak masa sekolah dasar ?

5.    Bagaimana implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?

 

C.      Tujuan Penulisan

1.    Untuk menjelaskan pengertian perkembangan anak.

2.    Untuk menjelaskan tahap pertumbuhan anak ?

3.    Untuk menjelaskan perkembangan anak masa pra-sekolah ?

4.    Untuk menjelaskan pekembangan anak masa sekolah dasar ?

5.    Untuk menjelaskan implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Perkembangan Anak

Menurut Yusuf Syamsu, perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Adapun menurut Oemar Hamalik, perkembangan merujuk kepada perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.

Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi. Dari sini kita dapat merumuskan pengertian perkembangan pribadi, yaitu suatu perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.

Psikologi perkembangan adalah teori yang mempelajari perkembangan manusia dari lahir sampai dewasa atau tua. Adapun psikologi perkembangan anak (early childhood development), hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia enam atau delapan tahun. Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun, maka perkembangan otak anak telah mencapai 80% perkembangan otak berada pada rentang usia tersebut.

Otak manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan, memproduksi, dan merekonstruksi informasi. Stimulasi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat memengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal ini sulit diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Penyimpangan ini dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu agresif.

Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak tidak akan memberi arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period ini. Gizi yang tidak seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, memproduksi, dan merekonstruksi informasi.

Di samping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan fisik dan motorik anak sulit diperbaiki pada periode berikutnya, dan jika kondisi ini terus berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen.[3]

 

B.       Tahap Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan yang dimaksud tidak hanya pada bagian luar tubuh saja tetapi juga pada organ dalam tubuh, termasuk otak, jantung, dan hati. Tahap pertumbuhan sejak konsepsi sampai usia 18 tahun adalah sebagai berikut:

1.    Masa pralahir atau masa konsepsi, yaitu masa mudghah, yaitu sejak pembuahan hingga kehamilan delapan minggu. Secara genetis pertumbuhan manusia diawali dari bertemunya sperma dan sel telur. Pada masa ini juga mengalami pertumbuhan yang cepat dalam pembentukan janin hingga menjadi bayi yang ada dalam kandungan ibu.

2.    Masa bayi, yaitu masa sejak lahir sampai usia satu tahun. Pada masa ini pertumbuhan bayi sangat cepat dan signifikan. Setiap hari bentuk dan ukuran bayi dapat dilihat pertumbuhannya secara fisik, panjangnya, berat, dan tinggi badannya.

3.    Masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun.

4.    Masa prasekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun.

5.    Masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun.

6.    Masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ditentukan oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan serta interaksi kedua faktor ini. Dalam prosesnya kedua faktor ini saling berinteraksi dengan faktor psikologis manusia sehingga terbentuklah manusia seperti apa yang kita lihat. Pertama, faktor genetik atau bawaan merupakan potensi dasar yang dibawa oleh manusia, dan kedua, faktor lingkungan memberikan kesempatan faktor genetik tersebut berkembang secara optimal.[4]

C.      Perkembangan Anak Pra-sekolah (Usia 4-6 Tahun)

Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan anak diperoleh melalui kematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalam berbagai situasi lingkungan di mana terjadi interaksi anak dengan manusia lain dan lingkungan alam sekitar. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan.

Berikut adalah ciri-ciri anak usia dini antara usia 3-6 tahun menurut Snowman:

1.    Ciri Fisik Anak Pra-Sekolah

Penampilan maupun gerak gerik anak taman kanak-kanak mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya Anak pra-sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada anak taman kanak-kanak lebih berkembang dari kontrol jari dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak belum terampil dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tak sepatu. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itu sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya. Orang tua atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat dan telaten.

2.      Ciri sosial anak usia dini

Paten mengamati tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang bermain bebas adalah sebagai berikut:

a.    Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguh-sunggguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apa pun.

b.    Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling bicara.

c.    Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati, kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.

d.   Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling bergantung.

e.    Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.

f.     Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi, ada pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, misalnya perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-lain.

3.      Ciri emosional anak usia dini

Ciri emosional anak usia dini menurut Hurlock adalah sebagai berikut:

a.    Amarah. Penyebab yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain.

b.    Takut. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan televisi dengan film-film yang menakutkan.

c.    Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir.

d.   Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain.

e.    Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.

f.     Gembira. Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, membohongi orang lain, dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit.

g.    Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting, baik itu orang, binatang, atau benda mati seperti mainan.

h.    Kasih sayang. Anak-anak belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda yang menyenangkannya.

4.      Ciri kognitif anak usia dini

ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional anak usia 4-6 tahun menurut Steinberg dkk. adalah sebagai berikut:

a.    Lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri, bermain dalam kelompok dan senang bekerja berpasang-pasangan.

b.    Mulai mengikuti dan mematuhi aturan serta berada pada tahap heteronomous morality. Artinya pada masa ini anak sudah mampu menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat-akibat dari perilaku.

c.    Dapat membereskan alat mainan.

d.   Rasa ingin tahu yang besar, mampu bicara dan bertanya apabila diberi kesempatan, dapat diajak diskusi.

e.    Mulai dapat mengendalikan emosi diri.

f.     Mempunyai kemauan untuk berdiri sendiri-sendiri. [5]

 

D.      Perkembangan Anak pada Masa Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun)

Priode usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari masa pra sekolah ke masa sekolah dasar (SD). Pada umumnya setelah mencapai usia 6 tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin sempurna. Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganngunya kesehatan mereka.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas rendah (6/7-9/10 tahun):

1.    Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi

2.    Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional

3.    Adanya kecenderungan memuji diri sendiri

4.    Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

5.    Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

6.    Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa meningat apa prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

 

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :

1.    Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit

2.    Sangat realistic, rasa ingin tahu dan belajar

3.    Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

4.    Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keingginanya. Selepas usia ini umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

5.    Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.

6.    Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terkait lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

 

a.       Perkembangan Sosioemosional Peserta Didik

Anak-anak pada usia sekitar ini, pada dasarnya egosentris dan dunia mereka adalah rumah, keluarga, dan sekolah. Selama duduk di kelas rendah SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka dewasa. Mereka merasa“saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu”.

Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif, anak pada kelas tinggi SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Pada masa ini tampak perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka..

Hubungan antara anak dan guru sering berubah. Di awal-awal tahun kelas tinggi SD, hubungan ini menjadi lebih komplek. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak menceritakan kepada orang tuanya. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu ada anak membantah guru dengan cara-cara yang tidak dibayangkan seperti sebelumnya. Bahkan beberapa anak secara terbuka menentang gurunya.

 

b.      Karakteristik Peserta Didik pada Masa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran

Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Memahami Karakteristik Anak di Sekolah Dasar, Masa usia SD (sekitar 6,0-12,0 tahun) ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik anak di SD.

Bassett, Jacka, dan Logan mengatakan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum adalah :

1.    Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri. Jadi mereka akan mencoba mencari tahu apa yang ingin mereka tahu tentang sesuatu yang mereka dapat dan apa yang terjadi disekitar mereka baik positif maupun negatif. Maka dari itu kita sebagai guru dan orang tua harus dengan baik memahami karakristik anak yang seperti itu supaya mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk disekitar mereka.

2.    Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang,karena anak usia SD tidak harus mendapatkan pelajaran yang terlalu rumit.

3.    Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal yang dihadapinya, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru dan tidak akan pernah mau diatur oleh orang lain.

4.    Mereka belajar dengan cara mengikuti atau berinisiatif dari apa yang temannya/orang lain dapat. Misal orang tua yang berbicara begini anak pun akan mengikuti apa yang didapatkannya.

 

E.       Implikasi dari Perkembangan Anak pada Masa Pra-Sekolah dan pada Masa Sekolah Dasar dalam Pendidikan.

1.    Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan

Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa pra-sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut:

a.    Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.

b.    Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.

c.    Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.

d.   Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.

e.    Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berartil mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). [6]

1.      Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan

Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah, yaitu sebagai berikut:

a.    Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.

b.    Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

c.    Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

d.   Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

e.    Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

f.     Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.

g.    Mengembangkan kata hati.

h.    Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.

i.      Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. [7]


 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

1.    Pengertian Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi tubuh.

2.    Tahap Pertumbuhan Anak :

Tahap pertumbuhan anak yaitu masa pralahir atau masa konsepsi, masa bayi, masa balita, masa prasekolah, masa sekolah dasar, dan masa remaja.

3.    Perkembangan Anak Pra-sekolah (Usia 4-5 Tahun)

Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional

4.    Perkembangan Anak pada Masa Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun)

Pertumbuhan fisik berkembang pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin baik, artinya anak menjadi lebih tahan terhadap berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mereka.

5.    Implikasi dari Perkembangan Anak pada Masa Pra-Sekolah dan pada Masa Sekolah Dasar dalam Pendidikan

a.    Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan diantaranya:

1)   Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin

2)   Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis

3)   Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam

b.    Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan, diantaranya:

1)   Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan

2)   Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri

3)   Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya

B.       Saran

Demikianlah pembahasan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dalam pembuatan nakalah selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2,  Jakarta: Kencana, 2012.

Hamdanah, Psikologi Perkembangan, Malang: Setara Press, 2009.

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaha Rosdakarya, 2011.

Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan,  Jakarta: Kencana, 2011.



[1] Hamdanah, Psikologi Perkembangan, (Malang: Setara Press, 2009), hlm. 5.

[2] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 19.

[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 19-23.

[4] Ibid., hlm. 7.

[5] Ibid., hlm. 147-153.

[6] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya, 2011), hlm. 66-69.

[7] Ibid., hlm. 69-72.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar