Kamis, 17 Maret 2022

MAKALAH HIKMAH KESERUPAAN DAN PERSAMAAN AYAT AL-QUR’AN (MUHKAM DAN MUTASYABIH)

andiayis.blogspot.com

HIKMAH KESERUPAAN DAN PERSAMAAN AYAT   AL-QUR’AN (MUHKAM DAN MUTASYABIH)


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.            Latar Belakang Masalah

               Al-Quran, kalam Tuhan yang dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam. Pemahaman Al-Quran dapat diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu-ilmu yang tercangkup dalam ulumul quran. Dan menjadi salah satu bagian dari cabang keilmuan ulumul quran adalah ilmu yang membahas tentang Muhkam Mutasyabbih ayat.

               Agar pembaca dapat mengetahui lebih jelas tentang ayat-ayat muhkam dan mutasyabihat. Dengan demikian penulis akan menguraikan tentang ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat.

 

B.            Rumusan  Masalah

1.        Apa pengertian ayat Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Qur’an ?

2.        Apa saja karakteristik Muhkam dan Mutasyabih ?

3.        Apa saja hikmah keserupaan ayat dalam hal kebaikan dari ayat muhkam dan mutasyabih ?

 

C.           Tujuan

1.        Mengetahui pengertian ayat Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Qur’an

2.        Mengetahui karakteristik Muhkam dan Mutasyabih

3.        Mengetahui hikmah keserupaan ayat  dalam hal kebaikan dari ayat muhkam dan mutasyabih

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.           Pengertian ayat Muhkam dan Mutasyabih

               Menurut bahasa muhkam berarti suatu ungkapam yang maksud makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Adapun mutasyabih adalah ungkapan yang maksud makna lahirnya samar.

Menurut istilah,muhkam dan mutassyabih diungkapkan para ulama, seperti berikut :

1.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil  ataupun tidak. Sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqaththa’ah. Definisi ini dikemukakan oleh kelompok Ahlusunnah.

2.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maknanya jelas, sedangkan ayat-ayat mutasyabih sebaliknya.

3.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang tidak memunculkan kemungkinan sisi arti lain, sedangkan mutasyabih mempunyau kemungkinan sisi arti banyak. Pengertian ini dikemukakan Ibn’ Abbas.

4.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maknanya dipahami oleh akal, seperti bilangan rakaat shalat, kekhususan bulan Ramadhan untuk pelaksanaan puasa wajib, sedangkan ayat-ayat mutasyabih sebaliknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Al- Mawardi.

5.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berdiri sendiri, sedangkan ayat-ayat mutasyabih bergantung pada ayat lain.

6.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang lafazh-lafazhnya tidak berulang-ulang, sedangkan ayat mutasyabih sebalinya.

7.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya segera dapat diketahui tanpa penakwilan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih memerlukan penakwilan untuk mengetahui maksudnya.

8.        Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji, sedangkan ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan-perumpamaan.

 

9.        Ibn Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari Ali bin Abu Thalib dari Ibn Abbas yang menyatakan bahwa Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang menghapus, berbicara tentang halal-haram, ketentuan-ketentuan, kefarduan, serta yang harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat yang dihapus, yang berbicara tentang perumpamaan-perumpamaan, sumpah, dan yang harus diimani dan yang harus diamalkan.

10.    Abdullah bin Hamid mengeluarkan riwayat dari Adha-Dhahak bin Al-Muzahim(w. 105H) Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang tidak dihapus, sedangkat ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang dihapus

11.    Ibn Abi Hatim mengeluarkan sebuah riwayat dari  Muqatil bin Hayyyan mengatakan Ayat-ayat mutasyabih adalah seperti alif lam mim, alif lam ra’, dan alif lam mim ra’.

12.    Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa Ikima (w. 105 H) qatadah bin Du’amah (w. 117 H) dan yang lainya mengatakan bahwa ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan diamalkan, sedangkan ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani tetapi tidak harus diamalkan.

               Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Masukk ke dalam kategori adalah nash (kata yag menunjukan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas, dan memang untuk makna itu ia disebutkan) dan zhahir (makna lahir). Ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Masuk ke dalam kategori ini adalah mujmal (global) mu’awwal(harus ditakwil) , musykil, dan mubham( ambigius).[1]

 

B.            Ciri-ciri ayat Muhkam dan Mutasyabih

1.        Untuk mengetahui makna apakah ayat itu termasuk ayat muhkamat atau mutasyabihat, lebih mudah jika mengetahui ciri-cirinya, berikut ciri-ciri muhkamat dan mutasyabihat.:

a.         Ciri-ciri muhkamat

1)        Ayat-ayatnya sudah jelas, sehingga tidak memerlukan penjelasan penalaran yang lebih mendalam lagi karena sudah dapat dipahami artinya.

2)         Ayat-ayatnya hanya mempunyai satu penafsiran makna saja.

 

b.     Ciri-ciri mutasyabihat

1)        Ayat-ayatnya samar dalam pengertian masih membutuhkan penjelasan dari ayat lain atau memerlukan penalaran untuk mengetahui maksudnya. 

2)        Ayat-ayatnya memiliki banyak makna.[2]

 

2.        Contoh ayat muhkam dan mutasyabih

a.         Contoh ayat muhkam

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (Al-Hujarat: 13).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون

Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21).

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

Artinya: “ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al-Baqarah: 275).

 

b.         Contoh ayat mutasyabih

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

Artinya: “ yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy”. (Thaha: 5).

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ

Artinya: “ tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah”. (Al-qashash: 88)

 

 

يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ

Artinya: “tangan-tangan Allah diatas tangan mereka”. (Al-Fath: 10).[3]

C.           Hikmah keserupaan ayat Al- Qur’an dalam kebaikan dari ayat muhkam dan mutasyabih

Adapun hikmah dari ayat muhkam dan mutasyabih adalah:

1.        Memperlihatkan keagungan dan kebenaran Al-Qur;an. Ketika orang-orang Arab berbangga-bangga dengan balaghah dan bayan, ijaz dan ithnab, majaz dan kinayah, maka demikian juga Al-Qur’an; ia datang dengan gaya bahasa yang sama bahkan jauh lebh tinggi dari bahasa yang mereka banggakan.

2.        Sebagai salah satu bentuk ujian dari Allah, agar yang beriman semakin kuat keimananya dan yang munafik kelihatan wajah kemunafikannya. Karena itu, tidak semua ayat dijelaskan maknanya (muhkam) tapi ada sebagian ayat yang disamarkan (mutasyabih).

3.        Membari peluang dan kesempatan kepada umat islam untuk mengkaji dan meneliti ayat-ayat Al-Qur’an. Seandainya semua ayat berbentuk muhkam maka kegiatan pengkajian dan penelaahan terhadap isi kandungan Al-Qur’an akan dapat dilakukan dengan mudah karena ayat-ayatnya relatif lebih mudah dimengeri, berbeda halnya ketika ada yang mutasyabihat, mereka akan semakin giat mempelajari Al-Qur’an.[4]

 

Adapun hikmah lain dari ayat mutasyabih,antara lain:

1.        Memperlihatkan kelemahan akal manusia

       Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadarannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.

2.        Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih

3.        Memberikan pemahaman abstrak-ilahi kepada manusia melalui pengalaman inderawi yang biasa disaksikanya.[5]

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

 

1.         Ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Masukk ke dalam kategori adalah nash (kata yag menunjukan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas, dan memang untuk makna itu ia disebutkan) dan zhahir (makna lahir). Ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.

2.         Ciri-ciri muhkamat adalah ayat-ayatnya sudah jelas, hanya mempunyai satu penafsiran makna saja. Ciri-ciri mutasyabihat adalah ayat-ayatnya dan memiliki banyak makna.

3.         Hikmah keserupaan ayat Al- Qur’an dalam kebaikan dari ayat muhkam dan mutasyabih adalah Sebagai salah satu bentuk ujian dari Allah, agar yang beriman semakin kuat keimananya dan yang munafik kelihatan wajah kemunafikannya. Karena itu, tidak semua ayat dijelaskan maknanya, tapi ada sebagian ayat yang disamarrkan .

       Hikmah bagi penulis Merangsang Penelitian. Mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap maksudnya; sehingga dengan demikian akan manambah ilmunya . 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anwar Rosihon, Ulumul Qur’an .Bandung : CV. Pustaka Setia,2006

Dr. H.Anshori ,Ulumul Qur;an .Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2014

http://kulyahinternet.blogspot.co.id/2014/06/makalah-ayat-ayat-muhkamat-dan-ayat.html.20-oktober-2015;07.37wib

http://www.jadipintar.com/2015/02/pengertian-ayat-muhkam-dan-mutasyabbih-dalam-al-quran.html.20-oktober-2015:07.38wib

 

 



                [1] Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung : CV. Pustaka Setia,2006)hlm. 125-127

                        [2] http://kulyahinternet.blogspot.co.id/2014/06/makalah-ayat-ayat-muhkamat-dan-ayat.html.20-oktober-2015;07.37wib

                        [3] http://www.jadipintar.com/2015/02/pengertian-ayat-muhkam-dan-mutasyabbih-dalam-al-quran.html.20-oktober-2015:07.38wib

                        [4] Dr. H.Anshori ,Ulumul Qur;an (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2014)hlm.142

                        [5] Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung : CV. Pustaka Setia,2006)hlm.142-143